ILMU ADALAH PUSAKA YANG MULIA
Buku Tanyalah Aku Sebelum Kau Kehilangan Aku
Kata-kata mutiara Ali bin Abi Thalib
Dihimpun atas arahan Syaikh Fadhlullah Al-Ha’iri
ILMU DAN PENGAMALANNYA
Ilmu berhubungan dengan amal. Barangsiapa yang berilmu, niscaya mengamalkan ilmunya. Ilmu memanggil amal; maka jika ia menyambut panggilannya….; bila tidak menyambutnya, ia akan berpindah darinya.
Pelajarilah ilmu, niscaya kalian akan di kenal dengannya; dan amalkanlah ilmu (yang kalian pelajari) itu, nescaya kalian akan termasuk ahlinya.
Wahai para pembawa ilmu, apakah kalian membawanya? Sesungguhnya ilmu hanyalah bagi yang mengetahuinya, kemudian dia mengamalkannya, dan perbuaannya sesuai dengan ilmunya. Akan datang suatu masa, di mana sekelompok orang membawa ilmu, namun ilmunya tidak melampaui tulang selangkanya. Batiniah mereka berlawanan dengan lahiriah mereka. Dan perbuatan mereka berlawanan dengan ilmu mereka.
Orang yang beramal tanpa ilmu, seperti orang yang berjalan bukan di jalan. Maka hal itu tidak menambah jaraknya dari jalan yang terang kecuali semakin jauh dari keperluannya. Dan orang yang beramal dengan ilmu, seperti orang yang berjalan di atas jalan yang terang. Maka hendaklah seseorang memperhatikan,apakah dia berjalan , ataukah dia kembali?
Janganlah sekali-kali engkau tidak mengamalkan apa yang telah engkau ketahui. Sebab setiap orang yang melihat akan di tanya tentang perbuatannya, ucapannya, dan kehendaknya.
Orang yang berilmu tanpa amal, seperti pemanah yang tanpa tali busur.
KEDUDUKAN ULAMA
Orang alim adalah lampu Allah di bumi. Maka barangsiapa yang Allah menghendaki kebaikan baginya, dia akan memperoleh cahaya (ilmu) itu.
Kedudukan orang alim bagaikan pohon kurma, engkau menunggu bila buahnya jatuh kepadamu.
Orang alim lebih utama daripada orang yang berpuasa, mengerjakan solat malam (tahajjud), dan yang berjihad di jalan Allah. Jika seorang alim meninggal, maka terjadi lubang dalam islam yang tidak tertutupi sehingga datang orang alim lain yang datang kemudian (menggantikannya).
Orang yang (keluar dari rumahnya) mencari ilmu, para malaikat akan menghantar kepergiannya sehingga dia pulang (ke rumahnya).
Orang alim adalah yang mengetahui kemampuan dirinya, dan cukuplah seseorang di katakan bodoh jika dia tidak mengetahui kemampuan dirinya.
Ketahuilah! Sesungguhnya hamba-hamba Allah yang memelihara ilmu-Nya, menjaga yang dijaga-Nya, dan memancarkan mataair ilmu-Nya, mereka ini saling berhubungan dengan wilayah (perwalian), saling bertemu dengan kecintaan, minum bersama dengan gelas pemikiran, dan pergi dengan meninggalkan bau yang harum. Mereka tidak di campuri oleh keraguan, dan tidak pula mereka bersegera dalam mengumpat. Berdasarkan hal itulah, mereka mengukuhkan pembawaan dan akhlak mereka, saling mencintai, dan saling berhubungan di antara sesama mereka. Mereka ini seperti keunggulan benih yang telah di pilih, yang di ambil darinya dan di lemparkan. Ia telah di pisahkan oleh penyaringan dan di bersihkan oleh pembersihan.
Di antara hak seorang guru terhadap muridnya adalah hendakalh si murid tidak terlalu banyak bertanya kepadanya, tidak membebaninya dalam memberikan jawaban, tidak mendesaknya jika dia sedang malas, tidak menyebarkan rahsianya, dan tidak mengumpat seorang pun di sisinya.
Orang yang alim adalah yang mengetahui bahawa apa yang di ketahuinya, jika di bandingkan dengan apa yang tidak di ketahuinya, sangatlah sedikit. Maka, kerana itulah dia menganggap dirinya bodoh. Oleh kerana itu, bertambahlah kesungguhannya dalam mencari ilmu kerana pengetahuannya akan hal itu.
Kesalahan yang dilakukan seorang alim seperti kapal yang pecah, maka ia tenggelam dan tenggelam pula bersamanya banyak orang.
Jika seorang alim tertawa satu kali, maka dia telah membuang satu ilmu dari dirinya.
ILMU DAN KEBODOHAN
Orang yang bodoh adalah yang menganggap dirinya tahu tentang makrifat ilmu yang sebenarnya tidak di ketahuinya, dan dia merasa cukup dengan pendapatnya saja.
Orang yang alim mengetahui orang yang bodoh kerana dia dahulunya adalah orang yang bodoh, sedangkan orang yang bodoh tidak mengetahui orang yang alim kerana dia tidak pernah menjadi orang yang alim.
Orang bodoh adalah kecil meskipun dia orang tua, sedangkan orang alim besar meskipun dia masih remaja.
Allah tidak memerintahkan kepada orang bodoh untuk belajar sebelum dia memerintahkan terlebih dahulu kepada orang alim untuk mengajar.
Segala sesuatu menjadi mudah bagi dua macam orang: Orang alim yang mengetahui segala akibat dan Orang bodoh yang tidak mengetahui apa yang sedang terjadi padanya.
Ada dua orang yang membinasakanku: Orang bodoh yang ahli ibadah dan orang alim yang mengikut nafsunya.
Imam Ali as menjawab pertanyaan seorang yang bertanya kepadanya tentang kesulitan, dia berkata, ‘Bertanyalah engkau untuk dapat memahami, dan janganlah engkau bertanya dengan keras kepala. Sebab, sesungguhnya orang bodoh yang terpelajar serupa dengan orang alim, dan orang alim yang sewenang-wenang serupa dengan orang bodoh yang keras kepala.’
Engkau tidaklah aman dari kejahatan orang bodoh yang dekat denganmu dalam kekerabatan dan ketetanggaan. sebab, yang paling di khuatirkan terbakar nyala api adalah yang paling dekat dengan api itu.
Alangkah buruknya orang yang berwajah tampan, namun dia bodoh. Ia seperti rumah yang bagus bangunannya, tetapi penghuninya orang yang jahat, atau seperti taman yang penghuninya adalah burung hantu, atau kebun kurma yang penjaganya adalah serigala.
Janganlah engkau berselisih dengan orang bodoh, janganlah engkau mengikuti orang pandir, dan janganlah engkau memusuhi penguasa.
Yang engkau lihat dari orang yang bodoh hanyalah dua hal: melampaui batas dan boros.
Sebodoh-bodoh orang adalah orang yang tersandung batu dua kali.
Menetapkan hujah terhadap orang bodoh adalah mudah, tetapi mengukuhkannya yang sulit.
Tidak ada kebaikan dalam hal diam tentang suatu hukum, sebagaimana tidak ada kebaikan dalam hal berkata dengan kebodohan.
NASIHAT
Perhatikanlah orang yang memberikan nasihat kepadamu. Seandainya dia memulai dari sisi yang merugikan orang banyak, maka janganlah engkau menerima nasihatnya dan berhati-hatilah darinya. Akan tetapi, jika dia memulainya dari sisi keadilan dan kebaikan (orang banyak), maka terimalah nasihatnya itu.
Janganlah engkau meninggalkan pemberian nasihat kepada keluargamu kerana sesungguhnya engkau bertanggungjawab atas mereka.
Berikanlah nasihat yang tulus kepada saudaramu, baik itu dalam hal yang baik mahupun buruk.
Tidaklah memahami perbicaraanmu orang yang lebih senang berbicara kepadamu daripada mendengarkan pembicaraanmu. Tidaklah mengetahui nasihatmu orang yang hawa nafsunya mengalahkan pendapatmu. Dan tidaklah menerima bantahanmu orang yang berkeyakinan bahawa dia lebih sempurna daripadamu tentang pengetahuan yang engkau sampaikan kepadanya.
Maulid al rasul bersama Syeikh Fahmi Zam Zam, Baba Aziz dan Habib Ali Zainal Abidin : http://facebook.com/pages/PONDOK-HABIB/295419981998